Dolok Pusuk Buhit

Dolok Pusuk Buhit
 


Sumatera Utara ternyata banyak memiliki wisata-wisata, diantaranya wisata religi & wisata kebudayaan yang terkenal sampai ke mancanegara. Keindahan alam, dan sejarah merupakan bukti bahwa sumatera utara layak menjadi destinasiwisata terbaik di Indonesia. Kami akan memperkenalkan salah satu kearifan lokal alam dan budaya yang ada di daerah sumatera utara.

Dolok pusuk buhit
Gunung Toba adalah gunung api raksasa yaitu gunung aktif dalam kategori sangat besar, diperkirakan meletus terakhir sekitar 74.000 tahun lalu.

Pada tahun 1939, geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari letusan gunung. Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan, beberapa peneliti lain menemukan debu riolit (rhyolite) yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah

Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Benggala. Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss dan Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat sebuah letusan mahadahsyat. Namun peneliti lain, Vestappen (1961), Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan. Peneliti lebih baru, Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa.

Penelitian seputar Toba belum berakhir hingga kini. Jadi, masih banyak misteri di balik raksasa yang sedang tidur itu. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah Fauzi dari Indonesia, seismolog pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Sarjana fisika dari Universitas Indonesia lulusan 1985 ini berhasil meraih gelar doktor dari Renssealer Polytechnic Institute, New York, pada 1998, untuk penelitiannya mengenai Toba.

Letak Gunung Toba (kini: Danau Toba), di Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di lempeng Eurasia, yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda.

Lempeng benua ini hidup, setiap tahunnya mereka bergeser atau menumbuk lempeng lainnya dengan jarak tertentu. Lempeng Eurasia yang merupakan lempeng benua selalu jadi sasaran. Lempeng Indo-Australia misalnya menumbuk lempeng Eurasia sejauh 7 cm per tahun. Atau Lempeng Pasifik yang bergeser secara relatif terhadap lempeng Eurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari pergeseran itu, muncullah rangkaian gunung, termasuk gunung berapi Toba.

Jika ada tumbukan, lempeng lautan yang mengandung lapisan sedimen menyusup di bawahnya lempeng benua. Proses ini lantas dinamakan subduksi atau penyusupan.

Gunung hasil subduksi, salah satunya Gunung Toba. Meski sekarang tak lagi berbentuk gunung, sisa-sisa kedasahyatan letusannya masih tampak hingga saat ini. Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali yang pertama 840 ribu tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km persegi. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya kemudian muncul Pulau Samosir. 


Letusan Gunung Toba
Sebelumnya Gunung Toba pernah meletus tiga kali.

  • Letusan pertama terjadi sekitar 800 ribu tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea.
  • Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 ribu tahun lalu. Letusan ini membentuk kaldera di utara Danau Toba. Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dashyat.
  • Letusan ketiga 74.000 tahun lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosir di tengahnya.
Gunung Toba ini tergolong Supervolcano. Hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano biasa rata-rata kalderanya ratusan meter, sedangkan Supervolcano dapat mencapai puluhan kilometer.

Yang menarik adalah terjadinya anomali gravitasi di Toba. Menurut hukum gravitasi, antara satu tempat dengan lainnya akan memiliki gaya tarik bumi sama bila mempunyai massa, ketinggian dan kerelatifan yang sama. Jika ada materi yang lain berada di situ dengan massa berbeda, maka gaya tariknya berbeda. Bayangkan gunung meletus. Banyak materi yang keluar, artinya kehilangan massa dan gaya tariknya berkurang. Lalu yang terjadi up-lifting (pengangkatan). Inilah yang menyebabkan munculnya Pulau Samosir.

Magma yang di bawah itu terus mendesak ke atas, pelan-pelan. Dia sudah tidak punya daya untuk meletus. Gerakan ini berusaha untuk menyesuaikan ke normal gravitasi. Ini terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Hanya Samosir yang terangkat karena daerah itu yang terlemah. Sementara daerah lainnya merupakan dinding kaldera.

si Raja Batak diperkirakan hidup pada tahun 1200 (awal abad ke13) Raja Sisingamangaraja keXII diperkirakan keturunan si Raja Batak generasi ke19 yg wafat pada tahun 1907 dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20.Dari temuan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar leluhur dari si Raja Batak adalah seorang pejabat atau pejuang kerajaan Sriwijaya yg berkedudukan di Barus

Akibat dari penyerangan kerajaan Cole ini maka diperkirakan leluhur si Raja Batak dan rombonganya terdesak hingga ke daerah portibi sebelah selatan danau toba dan dari sinilah kemungkinan yg dinamakan si Raja Batak mulai memegang tampuk pemimpin perang.si Raja Batak memperluas daerah kekuasaan perangnya sampai mancakup daerah sekitar danau toba, simalungun, tanah karo, dairi sampai sebahagian Aceh dan memindahkan pusat kekuasaanya di daerah portibi disebelah selatan danau toba.

Ayo ke
Pusuk Buhit

Daya mistis gunung pusuk buhit, gunung keramat di Kabupaten Samosir dengan ketinggian kira-kira 1.900 meter di atas permukaan laut, telah melegenda ke seantero dunia. Konon di kaki gunung inilah, tepatnya di Parik Sabungan, Desa Sariman Rihit, Kecamatan Sianjur Mulamula, orang Batak pertama berkampung dan berketurunan.

Penganut agama-agama mutakhir, khususnya agama langit seperti Kristen dan Islam, mungkin akan sangat sulit menerima keberadaan Mulajadi Nabolon dan "nabi"-Nya di Tanah Batak, Raja Uti. Namun, sebaliknya, pemeluk agama bumi seperti Hindu, Taoisme, Zoroasterisme, dan Parmalim.

Menyebut Samosir maka tidak bisa lepas dari Gunung gunung pusuk buhit Bagaimana tidak, Gunung gunung pusuk buhit yang terletak dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Samosir itu dipercayai memiliki nilai sakral bagi penduduk setempat. Gunung ini memiliki ketinggian berkisar 1.800 di atas permukaan laut (dpl) dan merupakan gunung pusuk buhit dipercaya sebagai kawasan sakral budaya Batak. Hal ini tidak sekadar legenda, namun Si Raja Batak telah menjadi nenek moyang seluruh orang Batak yang tergambar dalam Tarombo Batak (silsilah Batak yang hingga kini menjadi pegangan urut-urutan keturunan Si Raja Batak hingga generasi saat ini).

Tata urutan ini menjadi pedoman dalam tata upacara adat dan budaya masyarakat Batak di manapun berada. Umumnya, orang Batak percaya jika Si Raja Batak diturunkan langsung di Gunung gunung pusuk buhit dan kemudian membangun perkampungan pertama “Sianjur Mula-mula, Sianjur Mula Tompa”.
Letak perkampungan tersebut berada di garis lingkar Pusuk Buhit, di lembah Sagala dan Limbong Mulana.

Ketika memasuki daerah Limbong, kita dapat singgah sejenak di Objek Wisata Aek Sipitu Dai (Sumur Tujuh Rasa) yang terletak di Desa Aek Sipitu Dai Kecamatan Sianjur Mula-mula.Uniknya, air ini memiliki rasa yang berbeda-beda dan memiliki sebutan tersendiri.

Mata air yang pertama disebut Aek Poso (air bayi), Mata air kedua disebut Aek Ni Naho (wanita uzur/mandul), mata air yang ketiga, Aek Boru Na Gabe (wanita subur), Mata air keempat, Aek Sibaso (dukun beranak/tabib wanita), mata air kelima, Aek Pangulu (laki-laki yang sudah tua), mata air keenam, Aek Doli (pemuda). Dan, mata air yang ketujuh adalah Aek Hela (menantu laki-laki).


Batu Hobon, katanya batu yang tidak dapat dipecahkan

Puas menikmati air di Aek Sipitu Dai, perjalanan dapat kita lanjutkan menuju Batu Hobon. Batu ini merupakan peninggalan Si Raja Batak dan konon merupakan lokasi penyimpanan harta Si Raja Batak.
Di seberang Batu Hobon, atau tepatnya di lereng gunung pusuk buhit, terdapat Sopo (rumah) Guru Tatea Bulan, serta perkampungan Si Raja Batak. Bentuk rumahnya memiliki desain dengan ciri yang unik, khas rumah Batak. Bila kita hendak masuk ke dalam, kita diwajibkan untuk melepas alas kaki.

Sementara dari perbukitan yang lebih tinggi, terdapat perkampungan Si Raja Batak “Sigulanti”.

Di perkampungan tersebut terdapat  cagar budaya berupa miniatur Rumah Si Raja Batak. Rumah semi tradisional Batak. Rumah ini merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu dan tanpa paku yang dilengkapi atap dan tangga. Lokasi perkampungan tersebut kira-kira 500 meter dari jalan raya (Batu Hobon). Dan, untuk pembangunan Geopark toba, lokasi ini dipilih sebagai etalase (pusat informasi).

Selesai melihat-lihat perkampungan Si Raja Batak, perjalanan dapat dilanjutkan dengan menuruni lereng gunung pusuk buhit menuju Desa Sianjur Mula-Mula. Di sepanjang jalan, mata akan dimanjakan dengan keindahan alam yang luar biasa seperti hijaunya hamparan sawah serta bukit barisan dan birunya air danau toba.

Mandi Air Panas di Aek Rangat

Dari Desa Sianjur Mula-Mula, perjalanan dapat dilanjutkan menuju Aek Rangat. Di tengah perjalanan akan terlihat dengan jelas Pulau Tulas yang berada di antara bukit barisan dan pulo samosir. Sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni yang hanya ditumbuhi pohon dan semak belukar.

Aek Rangat berada di kaki gunung pusuk buhit, Kelurahan Siogung-Ogung Kecamatan Pangururan. Di Aek Rangat ini kita dapat memanjakan diri dengan berendam air panas. Aek Rangat merupakan air belerang yang konon menurut cerita mampu menyembuhkan penyakit kulit seperti kudis, kurap. Sumber air panas ini juga mampu digunakan memasak telur tanpa bantuan api. Caranya hanya dengan mencelupkan ke dalam air belerang tersebut. Nah..!! Putuskan sekarang untuk segera mengunjungi alam indah penuh sejarah Kabupaten Samosir. (*)

Masing-masing rupa dan penyebutan itu didasarkan atas fungsi dan ketokohannya di dalam spirtualitas masyarakat Batak.

Mata air 7 rasa 7 nama
 

Desa Aek Sipitu Dai,  Limbong, yang berada di kaki Pusuk Buhit menjadi begitu terkenal karena di sini terdapat sumber mata air yang cukup unik. Mata air berupa 7 pancuran ini, berasal dari resapan air di kaki Pusuk Buhit yang tersaring oleh sebatang Hariara (beringin).

Meski bersumber dari satu mata air, namun ia memiliki 7 rasa, yang keluar dengan deras dari 7 pancuran itu.  Ke-7 rasa itu yakni, masam, pekat, asin, tawar, kelat, kesat, pahit. Tidak hanya rasanya saja. Masing-masing pancur juga memiliki nama yang mempunyai pengertian tertentu. Ke- 7 nama itu ialah;  Pansuran ni dakdanak yaitu tempat mandi bayi yang masih belum ada giginya. Pancuran ni sibaso yaitu tempat mandi para ibu yang telah tua, yaitu yang tidak melahirkan lagi. Pansuran ni ina-ina yaitu tempat mandi para ibu yang masih dapat melahirkan. Pansur ni namarbaju yaitu tempat mandi gadis-gadis. Pansur ni pangulu yaitu tempat mandi para raja-raja. Pansur ni doli yaitu tempat mandi para lelaki. Pansur Hela yaitu tempat mandi para menantu laki-laki yaitu semua marga yang mengawini putri marga Limbong.


 Tujuh (7) batu yang sangat sakral

Di Pusuk Buhit juga setidaknya terdapat 7 batu yang disakralkan. Pensakralan itu sebenarnya bukan terletak pada batu-batu itu, namun kisah yang ada di baliknya. Ke-7 batu tersebut, masih berkaitan dengan kisah-kisah Raja Uti, yang teramat disakralkan itu.

Ketujuh batu itu antara lain;

Batu Cawan.


Batu ini berbentuk cawan yang diameternya kira-kira 4 meter. Batu ini berada di salah satu sisi Pusuk Buhit. Batu ini berisi air yang tercurah dari atasnya. Bentuknya mirip telaga.

Uniknya rasa air di batu itu, sangat masam, seperti perasan jeruk purut. Permukaannya air pun berminyak dan berwarna kuning kehijauan.

Konon batu cawan adalah tempat mandi Raja Uti. Batu ini termasuk yang paling disakralkan di antaranya situs batu lainnya di Pusuk Buhit.

Batu Losung
 
Batu ini diciptakan oleh Raja Tatea Bulan, bapak Raja Uti. Batu Losung adalah tempat menumbuk padi yang sehari-harinya dikerjakan oleh Boru Sipasu Bolon, istri Oppung Raja Tatea Bulan, untuk makanan Raja Uti.

Batu Ini Termasuk batu yang di keramatkan dalam suku batak.Masyarakat Suku Batak kerap mengunjungi lokasi ini untuk melihat dan mengenal lebih jauh asal muasal si raja batak.Tidak hanya masyarakat lokal,turis mancanegara kerap melakukan kunjungan ke daerah ini

Batu Sondi.
  

Disebut juga Liang Raja Uti.  Di sinilah tempat Raja Uti menatap karena tubuhnya tidak memiliki kaki, dan tangan. Konon sewaktu Raja Uti lahir, bentuknya sekedar gumpalan daging. Tetapi kemudian disempurnakan berkat doa dan meditasi yang ia lakukan selama bertahun-tahun.Ini Hanya Sepenggal Sejarah bangsa batak yang menyimpan keunikan dan keragaman marga yang berbeda namun memiliki ikatan dalihan natolu yang menggambarkan persamaan dan persaudaraan masyarakat batak.Ini yang menjadikan bangsa batak Begitu kuat dalam peradatan,bila masyarakat batak bertemu,hanya butuh 5 menit untuk saling "bertutur" dan Saling Mengenal

Batu Lobang di Tala-tala

Adalah  sebuah batu berlubang yang merupakan tempat Si Raja Uti menghabiskan sebagian waktunya untuk berdoa memohon kesempurnaan dari Sang Pencipta. Batu itu terletak di salah satu sudut di kawasan Tala-tala. Tala-tala sendiri adalah sebuah tempat terbuka, kira-kira 600 meter sebelum puncak. Sebuah areal luas, yang ditumbuhi  perdu-perduan. Dulunya tempat ini tergenang oleh air, sehingga menyerupai danau. Ada juga menyebut Tala-tala merupakan salah satu kawah tertua sisa letusan gunung pusuk buhit (gunung toba). Tekstur tanahnya longgar sehingga ambruk. Sering terdengar ada pendaki maupun ternak yang hilang di situ, mungkin karena terjerumus ke dalam tanah.

Batu Partonggoan

Tempat khusus meditasi Raja Uti dan berdoa kepada Mulajadi Nabolon (Pencipta). Tempat ini sangat dihormati oleh masyarakat Batak, sehingga jarang sekali dikunjungi.

Batu Hobon
  

Adalah sebuah batu lubang yang tertutup, berbentuk peti. Lokasinya berada di kaki gunung pusuk buhit Konon di batu inilah pusaka-pusaka Si Raja Batak berada. Pusaka ini tidak diturunkan kepada anak-anaknya, karena adanya perselisihan di antara mereka.

Beberapa tahun terakhir, komunitas marga tertentu rutin menggelar pesta budaya-spiritual di tempat ini. Tujuannya agar batu ini terbuka. Diyakini, batu ini akan terbuka jika seluruh masyarakat Batak yang mewakili marga-marga dari seluruh dunia berkumpul dan menggelar pesta di batu ini, selama 7 kali berturut-turut, setidaknya setiap tahunnya.

Batu  Parhusipan
 

Adalah sepasang batu kembar di dekat Batu Hobon. Konon sepasang batu ini memiliki kisah yang menyakut cerita Si Boru Pareme, adik perempuan yang paling dikasihi Raja Uti.
 


7 Lapis Bukit 7 Jam Perjalanan

Untuk sampai ke puncak Pusuk Buhit, khususnya jika melalui jalur dari desa Limbong, kita akan melewati 7 bukit.

gunung pusuk buhit memang terdiri atas berlapis-lapis bukit.  Melewati bukit satu persatu, adakalanya semakin menjauhkan kita dari puncak yang sebenarnya. Hal ini disebabkan luasnya diameter gunung ini, serta rute pendakian yang melingkar, sehingga di satu titik kita menjauh dari puncak.

Seringkali para pendaki putus asa karena merasa telah mencapai puncak. Padahal puncak yang sebenarnya justru masih sangat jauh. Tidak heran, jika banyak pula kelompok pendaki yang tersesat baik dikarenakan kabut yang turun mendadak maupun keletihan. Para pendaki amatir, biasanya menghabiskan waktu kurang lebih 7 jam untuk sampai ke puncak.

7 Rupa Raja Uti
  

Dalam kosmologi Batak (Toba) Raja Uti, yakni cucu dari Si Raja Batak, mendapat tempat terpenting dalam spiritual orang Batak. Ia merupakan pengantara manusia dengan Mulajadi Nabolon (Sang Pencipta).

Raja Uti dianggap sebagai peletak dasar hukum dan aturan masyarakat Batak. Ia dikenal sakti dan hidup abadi. Raja Uti menjadi pusat spiritual bagi masyarakat Batak.

Konon Sisangamangaraja I-XII memperoleh kesaktian itu dari beliau.


Cara menjelah Pusuk Buhit
 

Gunung ini tidak terlihat jelas dari Tomok atau Ambarita karena terhalang oleh perbukitan pulo samosir. Namun dari sisi barat seperti Tele atau Pangururan, gunung pusuk buhit ini terlihat sangat jelas. Tempat terbaik untuk mengamati gunung pusuk buhit ini jelas berada di Menara Pandang Tele. Wisatawan bisa melakukan kegiatan wisata di gunung ini karena gunung ini memang populer sebagai tujuan pendakian.

Untuk anda yang Tidak berminat melakukan pendakian, bisa berkunjung ke beberapa tempat wisata sejarah yang dipercaya berkaitan dengan asal muasal Suku Batak seperti Batu Sawan (Air terjun rasa jeruk purut dengan batu berbentuk cawan besar), Aek Sipitu Dai (pancuran dengan tujuh macam rasa air), Batu Hobon (Batu berdiameter 1 meter dan bagian bawahnya berongga), dan Sopo Guru Tatea Bulan (rumah kediaman Guru Tatea Bulan, anak si Raja Batak).

gunung pusuk buhit ini merupakan gunung berapi aktif yang memang merupakan sisa-sisa letusan dari supervolcano Gunung Toba yang meletus dashyat puluhan ribu tahun yang lalu. Sisa keaktifan gunung ini masih bisa dilihat di jejak Aek Rengat, sumber mata air panas yang ada di kaki gunung pusuk buhit

Dari Medan menuju ke daerah Pangururan yang letaknya tepat di bawah kaki gunung pusuk buhit Dari Medan kita bisa menggunakan transportasi umum yaitu travel-travel yang berada di daerah Padang Bulan. Sahabat  dapat menemukan berbagai Bus Antar Kota yang memiliki trayek Medan - Pangururan dengan ongkos sekitar Rp 65.000. Sahabat  Perlu  ketahui bahwa pulo samosir itu bukanlah pulau sebenarnya. Jadi kita bisa menuju pulo samosir itu tidak hanya dengan menaiki kapal Feri (Melalu danau toba Parapat) tapi Sahabat  bisa juga dengan melewati jalur darat yakni melewati daerah Tele.

Untuk mencapai puncak bukit tersebut, pengunjung bisa menggunakan bus roda empat maupun kenderaan roda dua. Namun bus yang dipergunakan tidak bisa sampai di puncak sehingga harus berjalan kaki berkisar 500 meter dari titik akhir parkir kenderaan yang berada di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Sianjur Mula-Mula. Namun demikian sikap waspada harus tetap dipasang, karena memang jalan yang berkelok-kelok tersebut di kanan dan kirinya selalu ada jurang yang terjal. Selain itu sebelum menuju Pusuk Bukit, dari kawasan Pangururan pengunjung bisa menikmati secara utuh pemandangan bukit dengan latar depan air danau toba.

Sementara itu, satu paket dengan perjalan menuju ke puncak Pusuk Buhit pengunjung juga bisa menikmati apa yang disebut dengan sumur tujuh rasa. Disebut sumur tujuh rasa karena memang sumur ini memiliki tujuh pancuran yang memiliki rasa air yang berbeda-beda. Bagi masyarakat sekitar Sumur Tujuh Rasa tersebut sehari-harinya dipergunakan sebagai sumber utama air bersih. Sehingga tidak mengherankan kalau wisatawan datang, banyak masyarakat yang menggunakan air yang berada di sana.

Sumur Tujuh Rasa sebenarnya berada di Desa Sipitudai satu kecamatan dengan perbukitan Pusuk Buhit yaitu Sianjur Mula-Mula. Kalau kita mencoba untuk merasakan ketujuh air mancur yang ada, maka dari sumber air mancur itu akan kita rasakan air yang terasa: asin, tawar, asam, kesat serta rasa yang lainnya. Sementara berdasarkan keterangan masyarakat setempat, sumber air yang mancur itu keluar dari mata air yang berada di bawah Pohon Beringin. Memang di bawah lokasi Sumut Tujuh Tersebut tumbuh besar pohon beringin yang sangat rindang dan membuat teduh sekitar lokasi sumur.

Keberadaan Sumur Tujuh Rasa ini sebenarnya sudah lama seiring dengan keberadaan masyarakat perkampungan Sipitudai. Masyarakat sekitar mempercayai kalau keberadaan sumur ini tidak terlepas dari cerita raja Batak yang berada di lokasi tersebut. Kalau cerita muncur ke belakang, maka masyarakat menyebutkan bahwa dulu diperkampungan ini ada kerajaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mandi serta lainnya mereka mengandalkan sumber air ini.

Setelah bergerak menyusuri jalanan yang ada berkisar,maka wisatawan yang berkunjung akan menemukan satu lokasi yang keramat yang disebut lokasi Batu Hobon, Sopo Guru Tatean Bulan atau Rumah Guru Tatea Bulan serta perkampungan si Raja Batak yang lokasinya tidak berjauhan. Dan bila kita tarik garis lurus, maka posisi ketiga lokasi yang masih dianggap keramat ini persis lurus dari satu perbukitan ke perbukitan yang berada di bawahnya. Ketika berada di Sopo Guru Tatea Bulan akan ditemukan patung-patung si Raja Batak dengan keturunannya.

Di rumah dengan desain khas masyarakat batak ini juga akan ditemukan patung-patung sebagai penjaga rumah seperti gajah, macan, kuda. Sementara rumah yang berdiri di atas bukit ini didesain dari kayu dan tangga dari batu tetapi atapnya tetap terbuat dari ijuk. Namun yang lebih penting lagi adalah ketika ingin masuk dan memperhatikan lebih detail lagi seluk rumah ini, maka Anda harus melepaskan sandal maupun sepatu. Secara lebih detail di Sopo Guru Tatea Bulan akan kita temukan patung-patung keturunan si Raja Batak, seperti Patung 1.000 raja sepasang dengan istrinya, Patung keturunan Limbong Mulana, Patung Segala Raja serta Patung Silau Raja.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat Batak marga-marga yang ada sekarang ini berasal dari keturunan si Raja Batak. Selain itu keberadaan rumah ini juga telah diresmikan oleh DewanPengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tate Bulan tahun 1995 yang lalu. Artinya ketika kita berada di sana akan ditemukan juga penjaga yang akan menjelaskan keberadaan patung yang berada di Sopo Guru Tatea Bulan serta sejarah ringkasnya.

Sejalan dengan legenda itu, pengunjung juga akan menikmati Batu Hobo yang konon menurut cerita merupakan lokasi yang dijadikan penyimpanan harta oleh si Raja Batak. Batu ini berada perbukitan yang lebih rendah lagi dari Sopo Guru Tatea Bulan berdekatan dengan perkampungan masyarakat. berdasarkan sejarah Batu Hobon ini tidak bisa dipecahkan, tetapi kalau dipukul seperti ada ruangan di bawahnya. Namun sampai sekarang tidak bisa dibuka walaupun dilakukan dengan peledakan mortir. Selanjutnya untuk melengkapkan referensi mengenai sejarah Sopo Guru Tatea Bulan, maka akan ditemukan perkampungan si Raja Batak. Lokasi perkampungan ini berada di perbukitan yang berada di atasnya dengan jarak yang tidak terlalu jauh sekali berkisar 500 meter.

Untuk kelengkapan perjalanan menuju Pusuk Buhit setidaknya harus berhenti sejenak di atas perbukitan yang berada di Desa Huta Ginjang. Mengapa? Karena dari lokasi ini akan terlihat jelas Pulau Tulas yang berdampingan dengan pulo samosir. Pulau Tulas itu sendiri tidak memiliki penghuni tetapi ditumbuhi dengan semak belukar dan hidup berbagai hewan liar lainnya.

Sudah lengkapkah perjalanan wisata kita! Tentulah belum, sebab untuk mengakhirinya kita harus berada di puncak Pusuk Buhit. Setidaknya untuk mendapatkan dan merasakan semilir angin sejuk di puncaknya sambil memandang panorama danau toba sesungguhnya. Sedangkan untuk menghilangkan keletihan dan mengambil semangat baru, pengunjung bisa menikmati air hangat setelah turun persis berada di kakai Pusuk Buhit bernama pemandian Aek Rangat yang berada di Desa Sihobung Hobungi. Setidaknya rasa lela dan semangat baru kembali datang.

Jika hendak ke pusuk buhit, persiapkan akomodasi anda


Pusuk buhit yang
berada jauh dari pemukiman, biasanya para wisatawan  harus membawa perbekalan akomodasi dan setelah menjelajah akan kembali ke wilayah Pangururan atau ke pulo samosir.

Waktu paling tepat menjelah Pusuk Buhit

Gunung pusuk buhit memiliki iklim bertipe Monsoon yang dipengaruhi oleh angin timur yang kering. Curah hujan berkisar antara 900-1.600 mm/tahun dan suhu udara antara 27° - 30° C dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan. Antara bulan Agustus hingga Desember bertiup angin cukup kencang dari arah Selatan.

Musim hujan pada bulan september-desember, sedangkan musim kemarau pada bulan januari - agustus dengan curah hujan tertinggi pada bulan November - Desember

Namun secara faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan kondisi global yang mempengaruhi.


Sebelum Anda pergi menjelah Pusuk Buhit, perhatikan berikut ini :
  1. menyediakan air minum dalam kemasan yang mudah dibawa.
  2. bawalah pelindung anti nyamuk.
  3. menyimpan uang Anda di tempat yang aman, terutama saat berada di sekitar Terminal Brastagi dan Terminal Kabanjahe.
  4. mengisi pulsa hp yang cukup di desa pangururan sebelum berangkat
  5. pendaki pemula dianjurkan lebih berhati-hati untuk keselamatan.
  6. bawalah tenda, sleaping bad dan sarung tangan yang tebal guna terhindar dari kedinginan udara di gunung ini.



Refensi :
  • korantoba.com
  • id.wikipedia.org
  • habatakon01.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca juga artikel tentang